Social Icons

Perbaikan dan Pembangunan Masjid Jami' Cebolek Kidul

Alhamdulilahirobilalamiin. Kita panjatkan puji sukur kehadirat Alloh SWT yang telah

memberikan karunia dan kenikmatan kepada kita semua yang tak terhingga banyaknya. Solawat dan salam semoga tetap tercuarah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita semua yang mau mengikuti segala ajaranya. Wajib bagi setiap umat Islam mengikuti segala perintah-Nya, mempertanggungjawabkan segala perkataan dan perbuatanya, untuk dapat menjalankan semuanya maka dipandang perlu perbaikan tempat ibadah dan didorong oleh semangat dan tekad kaum muslimin khususnya di Desa Cebolek Kidul  Kecamatan Margoyoso Kab. Pati Jawa Tengah.
Islam mewajibkan umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu semenjak dalam buaian hingga masuk liang lahat, tanpa pandang bulu laki-laki maupun perempuan. Membangun sarana untuk keperluan hal yang wajib, sama hukumnya dengan kewajiban itu sendiri. Artinya mewujudkan sarana ibadah menjadi wajib sebagai bentuk penerapan dalam melaksanakan dan petunjuk Alloh yang termaktub dalam Alqur’an serta sunah Nabi Muhammad SAW dan perasaan nikmat beragama karena yakin bahwa peraturan Agama Islam membawa kebahagiaan bagi umatnya didunia dan diakhirat sebab lancar tidaknya suatu proses sangat ditunjang oleh adanya fasilitas yang memadai. Maka rencana perbaikan Masjid Jami’ ANNUR Desa Cebolek Kidul ini merupakan kewajiban warga Desa Cebolek Kidul sesuai dengan hasil musyawarah dan keputusan yang insa Alloh akan memperbaiki masjid sesuai rencana.
Pembangunan Masjid Jami’ ANNUR Desa Cebolek Kidul Kecamatan Margoyoso Kab. Pati akan di mulai awal bulan Syawal ( setelah hari Raya Idul Fitri 1436 H ) Selain swadaya warga, panitia juga masih menghimpun amal jariyah dari berbagai pihak termasuk bantuan dari pemerintah.
Ketua panitia pembangunan masjid, Totok Rukiyanto mengatakan proses pembangunan masjid terus dilaksanakan. “Kami berharap proses ini dapat secepatnya selesai. Kami terus menggali potensi dana dan anggaran untuk rampungnya proses pembangunan ini, ” jelasnya.

TAKBIR KELILING DI DESA CEBOLEK KIDUL



Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh,

HIDUP CEBOLEK KIDUL, HIDUP  RT.03 RW.03 !!!
Menyambung kasih, merajut cinta, beralas ikhlas, beratap DOA. Semasa hidup bersimbah khilaf & dosa, berharap dibasuh maaf.
Kami segenap Warga RT.03 RW 03 mengucapkan Selamat Idul Fitri 1436 H Mohon Maaf Lahir & Bathin.



Hari Raya Idul Fitri telah tiba, maka kita dapat bersilaturahim, berlebaran, salam-salaman, maaf-maafan. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir batin.

Saya menyambut baik, tema Gebyar Lebaran Cebolek Kidul kali ini, yaitu Kembali ke fitri, bangun Desa Cebolek tercinta ini. Semoga dapat kita jadikan momentum untuk bersama membangun dan membereskan Cebolek Kidul ke arah yang lebih baik.

Saya bersyukur, karena Gebyar Lebaran Cebolek Kidul  memperoleh sambutan hangat warga Cebolek Kidul khususnya RT.03 RW.03, dan terlebih lagi rangkaian acara yang diselenggarakan mengandung unsur edukatif, menarik dan atraktif.


Mari kita memelihara dan menjaga tradisi budaya masyarakat Cebolek  yang baik ini, serta masyarakat dan pemerintah saling memahami tugas dan peran masing-masing.

Gebyar Lebaran Cebolek Kidul yang di selenggarakan setiap tahun, seharusnya menjadi media evaluasi dan motivasi untuk  mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, tempat belajar bagi generasi muda dan siapa saja yang ingin mempelajari lebih dalam seni budaya Islami.



Terima kasih dan penghargaan kepada para Tokoh Masyarakat Cebolek Kidul, warga Cebolek Kidul dan berbagai organisasi, atas sumbangsihnya dalam menjaga kekhusyu’an umat Islam pada saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang lalu.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada panitia penyelenggara, 
Kepada warga Cebolek Kidul dan Pemuda Pemudi RT.03 RW.03, saya mengajak, mari kita tingkatkan komunikasi, silaturahim, persatuan dan kesatuan.



Sekali lagi, Selamat Lebaran, mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala, senantiasa memberi petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Wa rahmatullahi  Wa barakaatuh.


Main Kelereng Atau Gundu

Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung.
Beberapa pemain  masing-masing sudah mempersiapkan gundu/Klereng sebanyak-banyaknya, karena dalam permainan ini mereka bertaruh atau memakai cara membayar dengan Gundu/ klereng juga. Tergantung  kesepakatan para pema-in.
Cara bermain  : Mereka membuat bunderan / lingkaran  kecil  untuk menyimpan gundu/kle –reng . bunderan / lingkaran biasanya  di buat memakai kapur tulis , arang  atau apa saja yang bisa terlihat.
Para pemain mengumpulkan gundu/ klereng  di dalam Bunderan/ lingkaran terse-but. Kalau kesepakatan memasang 5 buah gundu/ klereng maka semuanya mema-sang 5 buah gundu/ klereng. Kalau pemain jumlah 3 orang , maka Gundu/ klereng di dalam kotak itu ada 15 buah. jadi lingkarannya agak besar.
Para pemain melempar gundu/ klereng di garis Pidi. Jarak  garis Pidi ke lingkaran yang ada kelrengnya/ gundu  panjangnya 1 meter.
Para pemain berusaha mengenai gundu/klereng yang ada di dalam lingkaran tersebut. Kalau kena, lalu gundu/ klereng yang tergeser ke luar lingkaran  maka gundu/ klereng itu sudah menjadi milik pemain. Kemudian yang jalan terlebih dahulu , ialah yang paling dekat dengan lingkaran. Kalau gundu/ klereng  sudah kabis di dapatkan pemain yang pertama, maka pemain itu di anggap memang, lalu mematikan gundu para gocoannya. Antiknya permainan ini, kalau pemenang gundu/klereng yang sudah menghabiskan yang ada di lingkaran, kemudian gacoannya di kalahkan oleh peserta yang lain (peserta yang belum mati) maka semua gundu/ klereng pasangan tadi milik orang yang mengalahkannya.

Para pemain  membuat lubang kecil, untuk memasukan gundu/klereng ke dalamnya, jaraknya 1 meter dari garis pidi.
Yang pertama jalan ialah yang kelereng / gundu masuk lubang atau yang lebih dekat dengan lubang.
Cara bermain : Yang jalan lebih dulu ialah di lihat/di ukur gundu/klereng yang dekat dengan lubang. Pertama  memasukan gundu/klereng ke lubang, kalau masuk maka dia boleh menembak gundu musuh-musuhnya. Kalau yang jalan pertama tidak dapat memasukan kelereng ke dalam lubang, maka di lanjutkan dengan pemain ke dua, yaitu yang terdekat ke dua dari lubang. Pemenangnya adalah mereka yang mendapatkan gundu lebih banyak, yaitu mematikan lawan-lawannya dengan cara mengenai sasaran gundu/klerengnya ke gundu.klereng lawan.

Pangeran Benawa

Menurut tradisi Jawa, Pangeran Benawa adalah raja Pajang ketiga dan memerintah tahun 1586-1587, bergelar Prabuwijaya.

Silsilah Pangeran Benawa

Pangeran Benawa adalah putera Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kerajaan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
Selain itu, Pangeran Benawa juga memiliki putra bernama Pangeran Radin, yang kelak menurunkan Yosodipuro dan Ronggowarsito, pujangga-pujangga besar Kasunanan Surakarta.

Kisah Hidup Pangeran Benawa

Pangeran Benawa dikisahkan sebagai seorang yang lembut hati. Ia pernah ditugasi ayahnya untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya terhadap Pajang. Waktu itu Benawa berangkat bersama Arya Pamalad (kakak iparnya yang menjadi adipati Tuban) dan Patih Mancanegara.
Sutawijaya menjamu ketiga tamunya dengan pesta. Putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga tidak sengaja membunuh seorang prajurit Tuban, membuat Arya Pamalad mengajak rombongan pulang.
Sesampai di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya, bahwa Mataram berniat memberontak terhadap Pajang. Sementara itu Benawa melaporkan kebaikan Sutawijaya, bahwa terbunuhnya prajurit Tuban karena ulahnya sendiri.
Sutawijaya akhirnya terbukti memerangi Pajang tahun 1582, dan berakhir dengan kematian Hadiwijaya. Pangeran Benawa yang seharusnya naik takhta disingkirkan oleh kakak iparnya, yaitu Arya Pangiri adipati Demak.
Benawa kemudian menjadi adipati Jipang Panolan. Pada tahun 1586 ia bersekutu dengan Sutawijaya untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhta, karena kakak iparnya itu dianggap kurang adil dalam memerintah.
Dikisahkan, Arya Pangiri hanya sibuk menyusun usaha balas dendam terhadap Mataram. Orang-orang Demak juga berdatangan, sehingga warga asli Pajang banyak yang tersisih. Akibatnya, penduduk Pajang sebagian menjadi penjahat karena kehilangan mata pencaharian, dan sebagian lagi mengungsi ke Jipang.
Persekutuan Benawa dan Sutawijaya terjalin. Gabungan pasukan Mataram dan Jipang berhasil mengalahkan Pajang. Arya Pangiri dipulangkan ke Demak. Benawa menawarkan takhta Pajang kepada Sutawijaya. Namun Sutawijaya menolaknya. Ia hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram.
Sejak itu, Pangeran Benawa naik takhta menjadi raja baru di Pajang bergelar Prabuwijaya.

Akhir Kerajaan Pajang

Naskah-naskah babad memberitakan versi yang berlainan tentang akhir pemerintahan Pangeran Benawa. Ada yang menyebut Benawa meninggal dunia tahun 1587, ada pula yang menyebut Benawa turun takhta menjadi ulama di Gunung Kulakan bergelar Sunan Parakan. Bahkan ada yang menyatakan bahwa Pangeran Benawa menuju ke arah barat dan membangun sebuah pemerintahan yang sekarang bernama Pemalang. Konon beliau juga meninggal di Pemalang, di desa Penggarit.
Sepeninggal Benawa, Kerajaan Pajang berakhir pula, dan kemudian menjadi bawahan Mataram. Yang diangkat menjadi bupati di Pajang ialah Pangeran Gagak Baning adik Sutawijaya. Setelah meninggal, Gagak Baning digantikan putranya yang bernama Pangeran Sidawini.

MENELUSURI KEBERADAAN MAKAM PANGERAN BENOWO

Pangeran Benowo merupakan Putra dari raja Pajang hadi wijoyo, beliau seorang yang sangat rendah hati.Berjiwa mulya tidak haus akan kekuasaan, Maka tak heran kalau keberadaanya beliau selalu di nanti rakyat saat itu. Terlepas dari itu semua yang menarik perhatian saya adalah di mana sebenarnya Makam Pangeran benowo, Sebab dari beberap fernsi yang aku temukan ada 6 daerah yang mengklaim keberadaan makom pangeran benowo, Yang pertama adalah di  Kendal, masyarakt setempat meyakini keberadaan makam tersebut berada disana, tepatnya di di kompleks makam Desa Pakuncen, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah.sekitar dua kilometer dari kompleks makam Pekuncen, terdapat sebuah goa yang dinamakan Goa Pekukulan dimana Pangeran Benawa bertapa. yang kedua di jawa timur, yakni di desa wono kromo kabupaten Jombang, di tegal juga di yakini sebagi tempat peristirahatan terakhir beliau tepatnya di Desa Balomoa,kecamatan panggah tegal, Ada lagi yang berkeyakinan di solo, di situ terdapat sebuah jembatan dari kayu yang sampai sekarang keberadaanya masih utuh berkali-kali mau di pindah untuk pelebaran jalan akan tetapi tidak bisa, yang terakhir yang saya tau adalah di kecamatan Pucak Wangi pati, tepatnya di dusun Maratapa Desa Wateshaji Kec. Pucakwangi, Kab. Pati Jawa Tengah selain itu juga di belakang Masjid Demak juga terdapat pemakaman beliau.
Di pucak wangi pati, makam pangeran benowo berada di pucuk gunung di dusun moro topo, Keberadaan makam tersebut jauh dari hingar bingar keramaian, sebelum sampai kemakam kita akan menaiki perbukitan yang penuh dengan pohon-pohon rindang, bagi orang-orang yang suka bertualang makam di sana selain sebagi tempat untu berwisata relegi juga sebagi tempat berwisata alam, di dalam hutan Moro topo ada satu tempat beristirahat untuk orang-orang yang suka camping, Selain itu juga terdapat gua yang di yakini masyarakat setempat ada penungunya berupa harimau, Mengapa keberadaan Makom beliau ada disana, Ini cerita dari masyarakat setempat, berawal dari carut-marutnya perebutan kekuasaan di pajang kala itu setelah Sultan hadi wijoyo wafat, Pangeran Benowo yang merupakan putra tertua laki-laki dari sultan hadi wijoyo yang seharusnya menempati sebagai raja pajang di tentang oleh Sunan kudus, menurut sunan kudus  pangeran Pangirilah yang berhak untuk menduduki tahta tersebut karena menurut sunan kudus pangeran pangiri merupakan pangeran tertua dari trah hadi wijoyo, biarpun dia hanya sebagai anak mantu dari sultan hadi wijoyo, Mau tidak mau pangeran Benowo mengikuti petuah sang sunan Kudus, dan Beliau hanya kebagian sebagai Bupati Di jipang paniolan, Akan tetapi apa yang terjadi ternyata kepemimpinan pangeran pangiri malah menyengsarakan rakyat banyak desakan untuk merebut kekuasaan tersebut dari berbagai kalangan, maka  Pangeran Benowo meminta pendapat dari saudara angkatnya Suto Wijoyo, suto wijoyopun meng iyakan mengingat rakyat semakin sengsara, maka terjadilah penggulingan kekuasaan Pangeran benowo yang di dukung penuh rakyat menang memaksa turun kakak iparnya tersebut, dan kak iparnya di pulangkan ke demak, Pangeran Benowopun naik tahta, akan tetapi kenaikan ini tidak begitu lama dia hanya satu tahun memimpin Pjang hingga akhirnya kekuasaan di serahkan kepada Suto wijoyo dan beralih pemerintahan ke Mataram. Penyerahan ini pun beralasan, karena pangeran benowo ingin mengasingkan diri alias bertapa atu mendekatkan diri kepada tuhan, Maka pergilah beliau ke arah barat dan menaiki gunung, akhirnya sampailah beliau di suatu gunung yang sunyi di Desa wates aji dukuh moro topo kecamatan pucak wangi pati. Dukuh moro topo berasal dari kata MORO DAN TOPO (DATANG DAN BERTAPA), karena pangeran Benowo datang ketempat sunyi pucuk gunung datang dan bertapa, makanya sampai sekarang daerah tersebut di namakn gunung moro topo.
Haul pangeran Benowo di laksanakan setiap tahunya di bulan besar dzul hijjah tiap tanggal sebelas, banyak ulamak dari berbagai daerah datang ketempat tersebut untuk mengikuti haul, biasanya kegiatan yang di laksanakan adalah hotmi Qur"an selain tahlil umum serta pengajian akbar.
Nah bagi teman-teman dan saudara-saudara yang mau mengunjungi dan berziarah ke makam tersebut silahkan, anda selama perjalanan akan di suguhi pemandangan alam yang cukup indah, hamparan sawah dan hutan, dan sesampainya di sana anda bisa untuk sekalian wisata alam dengan mengunjungi Gua yang berada di daerah tersebut.
Keberadaan dan keyakinan berbagai daerah tentang keberadan makon Pangeran Benowo memang  tak bisa di salahkan, karena mereka mempunyai sejarah serta bukti-bukti tersendiri, di mana sebenarnya makam beliau Wallu  A"Lam bissowap. alfatihah

Nasab dan Silsilah Mbah Sabil atau Mbah Menak

 
Mbah Sabil berasal dari Mataram Jogya, tapi tidak diketahui secara pasti kapan beliau dilahirkan. Menurut Habib Luthfi Pekalongan dan almarhum mbah mbah Kyai Abdurrahman (salah satu dari mursyid Thoriqot Naqsabandiyah Rowobayan) mbah Sabil yang mempunyai nama asli Pangeran Adiningrat Dandang Kusuma tersebut adalah anak laki-laki dari Benawa. Benawa mempunyai saudara laki-laki bernama: Sumahadi Negoro atau Condrodinegoro, yang tidak lain adalah ayah dari mbah Kyai Mutamakkin Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Beliau adalah seorang ulama kelahiran Tuban dengan nama asli Ahmad Mutamakkin. Haulnya selalu diadakan setiap 10 Muharam di Pati.

Ahmad Mutamakkin hidup dan berkiprah pada masa Pemerintahan Kerajaan Solo - antara tahun 1719-1749 dan mengalami dua macam penguasa yaitu Amangkurat IV dari Kartasura dan Pakubuwono II di Surakarta. Beliau terlibat dalam perdebatan seru ketika diadili oleh Katib Anom, semacam menteri agamanya, Amangkurat IV. Pemeriksaan pandangan-pandangan beliau oleh Katib Anom, yang notabene cucu Sunan Kudus, direkam dalam sebuah tembang Kraton yang berjudul Serat Cebolek. Serat atau risalah (arab) yang menggunakan bahasa Sastra Jawa tingkat tinggi itu ditulis oleh Raden Ngabehi Yasadipura I (sebagai orang Kraton.

Serat itu mengisahkan tentang seorang kyai mistik pengikut teori “Wahdatul Wujud” (kesatuan wujud), yakni Kyai Mutamakkin. Pandangan kiai ini dianggap sebagai “gangguan” oleh penguasa resmi di Keraton Surakarta, yang dalam hal ini diwakili oleh Katib Anom. Terjadilah pengadilan atas Kyai Mutamakkin yang juga dikenal sebagai Kiai Cebolek itu. Salah satu tuduhan yang diarahkan kepadanya adalah kegemarannya untuk menonton wayang kulit, terutama dengan lakon Bima Sakti / Dewa Ruci

Ayah mbah Sabil atau Mbah Menak (Benawa-bukan pangeran Benowo) adalah cucu Sunan Amangkurat I atau biasa dikenal sebagai Sunan Tegal Wangi, yang dulu oleh Belanda telah difitnah sebagai pembunuh kyai-kyai di Jawa. Sunan Tegal Wangi ini adalah turunan ke IV dari Ki Ageng Sasela/Ki Ageng Selo.

Ki Ageng Sasela, satu julukan yang tidak asing lagi bagi telinga-telinga orang Jawa, beliau sebetulnya bernama : Kyai Ageng Ngabdul Rakhman yang berdiam di Seselo. Menurut cerita, ketika sedang asyik bekerja di sawah, petir menyambar-nyambar mengganggu beliau yang sedang giat-giatnya mencangkul, kemudian sang petir ditangkap dan di ikat pada sebatang pohon grati. Wujudnya berupa api yang sampai sekarang masih menyala dan disimpan dalam almari kayu di komplek makam di dukuh Pajimatan, Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. 
 
Mbah Sabil (Mbah Menak) sendiri mempunyai nama asli Pangeran Adiningrat Dandang Kusuma. Beliau adalah orang rantau dari kerajaan Mataram Jogya. Pada sekitar + abad XVII, beliau dikejar-kejar oleh Belanda, kemudian menyelamatkan diri kearah timur hingga sampai di Dusun Jethak-Bojonegoro. Beberapa saat setelah kedatangannya di Jethak, namanya diganti Sabil karena kekhawatiran beliau diketahui oleh Belanda, toh pada akhirnya ketahuan juga oleh kaum penjajah. Kemudian dari Jethak melarikan diri lagi, menyelamatkan diri hingga tiba di Dusun Jumok. Tempat ini masuk wilayah kecamatan Ngraho bagian timur, kira-kira 15 km dari Kecamatan Padangan ke arah selatan
 
Setelah beberapa saat tinggal di Jumok, mbah Sabil (Mbah Menak )berencana untuk pergi ke Ampel Surabaya. Perlu diketahui bahwa mbah Sabil adalah alumni Pondok Pesantren Ampel Denta Surabaya, hanya tidak diketahui kapan beliau belajar disana. Dalam rencananya, kepergian mbah Sabil ke Ampel harus sudah sampai tujuan dalam waktu semalam. Setelah ditentukan harinya, beliau berangkat dari Dusun Jumok ke Ampel Gading Surabaya setelah sholat Isya’. Beliau berjalan ke-arah Ngraho lalu ke barat dan diteruskan ke utara hingga akhirnya berhenti di Bengawan Solo. Setelah tiba di bengawan, beliau milir/ngintir mengikuti aliran Sungai Solo dengan menaiki kranjang mata ero serta membawa peralatan memasak seperti kendil, enthong dan lain-lain, yang saat ini diketahui bahwa peralatan tersebut ditanam dipojok sisi timur bagian depan didalam makam.

Bersamaan dengan mbah Sabil ngintir, beliau tiba disalah satu tikungan Bengawan Solo, mbah Sabil dengongok/anguk-anguk . Ditempat mbah Sabil anguk–anguk inilah lama kelamaan tempat tersebut dikenal sebagai Desa Dengok. Mbah Sabil ngintir lagi ke timur, beliau mendengar suara burung Gemek ngoceh (berkicau), akhirnya tempat tersebut berubah menjadi Dukuh Dema’an. Perjalanan diteruskan ke timur dengan kranjang mata ero-nya, hingga mendengar burung jalak ngoceh dan menjadilah dukuh Jalakan. Dari Jalakan langsung ketimur dan terdengar ada ayam jago yang sedang berkokok. Hal ini menarik perhatian mbah Sabil, ternyata ayam jago tersebut berada disekitar kalangane (daerahnya) tempat sabung ayam, sehingga tempat tersebut dinamakan dukuh Kalangan.

Bersamaan beliau tiba di salah satu tempat, Fajar Shodiq sudah terlihat, akhirnya tempat tersebut dinamakan Pajaran asal dari kata Pajar (fajar). Fajar Sendiri dalam pengertianya ada dua dari keseluruhan hukum-hukum yang telah dijelaskan Rasulullah yaitu fajar kadzib dan fajar shodiq. Fajar kadzib adalah cahaya warna putih memanjang bersinar yang nampak dari atas ke bawah seperti ekor srigala dan sedikit-demi sedikit hilang. Fajar ini tidak menghalalkan sholat subuh, dan tidak mengharamkan makanan bagi orang yang sedang berpuasa. Sedangkan fajar shodiq adalah warna merah yang bersinar tersebar, yang melintang diangkasa diatas puncak bukit-bukit dan gunung-gunung, tersebar di jalan-jalan, gang-gang, rumah-rumah, dan inilah yang berhubungan dengan hukum-hukum puasa dan sholat .

Semakin lama akhirnya Pajaran disebut juga Padangan, karena sudah Padang (terang). Berhentikah mbah Sabil ?...tidak ! Akhirnya beliau terus ke timur, hingga bertemu dengan mbah Hasyim yang saat itu sedang mengambil air wudhu di tepi Sungai Solo. Saat itu Bengawan Solo masih kecil dan sempit tepat kiranya bila disebut Sungai.
Terlihat oleh mbah Hasyim dari arah barat, sesuatu bergerak menuju ke-arahnya. Mbah Hasyim penasaran melihat “sesuatu” tersebut. Setelah diperhatikan dengan cermat, ternyata ada seseorang yang sedang naik keranjang, dan lebih-lebih tambah penasarannya setelah diketahui keranjang tersebut ternyata kranjang mata-ero. Anggapan mbah Hasyim, jelas ini bukan sembarang orang dan ditunggulah orang tersebut. Setelah dekat mbah Sabil yang masih bersila diatas keranjang ajaib itu ditanya oleh mbah Hasyim: “Gerangan mau kemana ki sanak ?”. Lalu dijawab oleh mbah Sabil: “Kula bade kesah wonten Ampel Denta Surabaya” (saya mau pergi ke Ampel Surabaya). Kemudian mbah Hasyim menawarkan sudilah kiranya mbah Sabil mampir dulu barang sebentar dirumahnya, “Mangga kula aturi pinarak wonten griya, mangga, mangga...” katanya. Dan turunlah mbah Sabil dari keranjang tersebut untuk memenuhi permintaan mbah Hasyim. Kemudian mbah Hasyim membawakan keranjang mbah Sabil sambil berjalan beriringan menuju kerumahnya.

Sesampai di tujuan, mereka berdua melaksanakan sholat berjama’ah di Langgar mbah Hasyim. Usai sholat mbah Hasyim matur : “Sebenarnya saya berharap, ki sanak untuk tetap tinggal disini, karena saya membutuhkan bantuan ki sanak untuk menyiarkan agama Islam disini”. Singkat cerita, mbah Sabil manut mengikuti apa yang diinginkan mbah Hasyim - agar kepergiannya ke Ampel Gading dihentikan alias di KUNCI. Akhirnya tempat tersebut akibat dari pergeseran waktu dan kata menjadi Kuncen asal dari kata kunci. Maka peristiwa inilah asal mula Desa KUNCEN.

Di Desa Kuncen, mbah Sabil dan mbah Hasyim menjadikan Langgar yang semula kecil, dibangun menjadi lebih besar dan dipergunakan untuk sholat jum’at merangkap pula sebagai sebuah Pesantren. Lokasinya berada di Kuncen sebelah utara, kira-kira ke arah timur-laut dari tugu pahlawan. Tidak jelas berapa jumlah santri, dan dari mana berasal, sangat mungkin dari dukuh-dukuh sekitar. Di mata para santri, mbah Sabil adalah pribadi mulia, beliau tidak membeda-bedakan santrinya, sikap lembut, sabar, ramah dan tegas adalah sikap padu dalam metodologi pendidikan & pengajaran yang diterapkan. Istiqomah dan bersahaja merupakan ciri utama kehidupan sehari-hari. Para santri merasa mendapatkan bimbingan setiap hari, siang dan malam. Ada beberapa santri kinasih mbah Sabil, diantaranya:
1) Mbah Kyai Abdurrohman Klothok. Beliau adalah cucu mbah Sabil sendiri, yang saat ini makamnya berada disebelah barat Masjid Klothok, Banjarjo, utara SPBU milik Nyonya Hj. Mu’ayanah Hakim Effendi Kuncen.
2) Mbah Kamaluddin, makamnya berada di Oro-oro Bogo (bagian dari bumi Kuncen paling selatan).
3) Mbah Mamuddin (Imamuddin).
4) Mbah Jaenuddin (Zaenuddin).
5) Mbah Moyumuddin (Muchyidin).

Ada sedikit cerita tentang salah satu santri kinasih mbah Sabil (Mbah Menak) yaitu mbah Kamaluddin. Saat itu mbah Kamaluddin menjadi Lurah Pondok di Pesantren mbah Sabil. Kegemaran beliau mencari ikan, salah satunya dengan mbesang menggunakan wuwu . Tempat yang sering digunakan mbesang oleh mbah Kamaluddin berada di Kuncen bagian timur, yang akhirnya tempat tersebut menjadi Dukuh mBasangan.
Suatu ketika beliau mengambil wuwu besangannya, ternyata bukan ikan yang didapat melainkan krèthè (anak buaya). Oleh Mbah Kamaluddin krèthè tersebut dipelihara dan ditempatkan di blumbang dekat Pondok. Tidak hanya mbah Kamaluddin yang gemar memberi makan krèthè tersebut, tapi juga santri-santri yang lain. Makanan yang sering didapat krèthè tersebut adalah sisa-sisa makanan para santri terutama intip (bagian nasi yang keras dan gosong).

Hari berganti, minggu bergulir dan bulanpun berjalan demikian pula tahun meninggalkan kita, tidak terasa krèthè yang dulunya kecil berubah menjadi buaya yang besar dan menakutkan. Singkat kata, suatu hari mbah Kamaluddin dipanggil oleh mbah Sabil : “Din....Kamaluddin....bajulmu saya suwe mundak gede lan medèni cah ngaji.” (Din....Kamaluddin....buayamu makin lama makin besar dan membuat takut para santri). Mbah Kamaluddin terdiam, tapi mengerti apa maksud kyainya. Karuan saja mendengar titah kyai yang sangat dihormati itu, beliau dan beberapa santri lainnya mempersiapkan diri untuk “membuang” buaya tersebut ke sungai Solo.
Akhirnya dengan berat hati mbah Kamaluddin memindahkan buaya dengan dibantu santri-santri yang lain, dengan cara di-bopong . Sebelum diceburkan ke sungai, buaya tersebut diberi nama oleh mbah Kamaluddin: “Destoroto”.

Alkisah menurut penuturan para sesepuh, antara lain: mbah Kyai Haji Abdurrahman Rowobayan, Mbah Rayis Kuncen, mbah Tasrip Slumbung, mbah Wardi Slumbung (Jagabaya) dan banyak lain, pernah melihat dengan peningalnya (matanya) sendiri, dikala banjir melanda Desa Kuncen, buaya tersebut nglabar/nuweni makam mbah Kamaluddin di Oro-oro Bogo. Terkadang buaya tersebut berada di sekitar makam, juga berkeliaran sekitar mBasangan dan Slumbung.

Slumbung adalah nama suatu dukuh yang terletak di sebelah barat dukuh mBasangan masih dalam kawasan Desa Kuncen, dinamakan Slumbung karena ada sawah sak kedok/satu pethak, apabila dipanen hasilnya se-lumbung atau satu lumbung . Dimana sebelum memanen padi harus dikorbankan terlebih dahulu satu ekor pedet (anak sapi) karena saking banyaknya lintah yang hidup di sawah.
 
di kutip dari :  http://menakanggrung.blogspot.com/2008/03/riwayat-menak.html
 
 
 

HASIL PILKADES SERENTAK DI KAB.PATI.

 Hasil Pilkades Pati yang diadakan serentak di Kabupaten Pati pada hari Sabtu, 28 Maret 2015  yang melibatkan 219 dari 405 desa di Kabupaten Pati. Jalannya Pilkades sendiri berjalan aman, tertib dan lancar. diambil dari :http://www.patinews.com/hasil-pilkades-pati-2015/

Hasil Pilkades Pati Per Kecamatan

21 Kecamatan yang menyelenggarakan Pilkades serentak diantaranya adalah, Kecamatan Pati, Wedarijaksa, Trangkil, Tayu, Dukuhseti, Cluwak, Gunungwungkal, Juwana, Batangan, Jaken, Jekanan, Pucakwangi, Winong, Gabus, Kayen, Tambakromo, Margorejo, Tlogowungu, Gembong dan Sukolilo. Berikut kami rangkum hasil rekapitulasi surat suara Hasil Pilkades Pati di masing – masing desa per-Kecamatan beserta nama calon Kepala Desa di Kabupaten Pati:

Kecamatan Pati Kota

Berikut hasil rekapitulasi suara Pilkades di Kecamatan Pati Kota
  1. Desa Tambaharjo : Mubaligh, S.Pd.I (2.006 suara), Sonhaji (1.936 suara)
  2. Desa Puri : Harsono J (2.451 suara), Santi Riani (319 suara)
  3. Desa Kutoharjo : Sudarmanto (2.289 suara), H. Hartono (2.206 suara), Endang woroastuti (988 suara)
  4. Desa Tambahsari : Endro Sutrino (504 suara), Robi Harsono (373 suara), Sunardjo (109 suara)
  5. Desa Plangitan : Sudarsono (1.160 suara), Mulyono, SH (733 suara), Hariyanto (260 suara)
  6. Desa Sidokerto : Kuswanto (2.246 suara), Sutriyono (1.095 suara), Tony (26 suara)
  7. Desa Ngarus : Sri Dewi Ratna (325 suara), Sunarno (222 suara),  Sutrisno (147 suara), Mohammad Anas (74 suara)
  8. Desa Blaru : Sukarman (1.251 suara), Daryono (730 suara)
  9. Desa Purworejo : Asih Widayat (1.696 suara), Sutiono (376 suara)
  10. Desa Geritan : Subiantoro (563 suara), Agus Suntoro (524 suara)
  11. Desa Sidoharjo : Siswoyo (1.087 suara), Yuspeni (244 suara)
  12. Desa Sinoman : Triyono (579 suara), Sudrijo (481 suara)
  13. Desa Widorokandang : Jumito (628 suara), Rahman (542 suara)
  14. Desa Sugiharjo : Harminto (1.094 suara), Yatini (523 suara)
  15. Desa Sarirejo : Slamet Riyanto (1.592 suara), Anawati (1.237 suara), Teguh Ribowo (259 suara), Agung Sutrisno (161 suara)
  16. Desa Ngepungrojo : Yuyun Agus Priyanto (1.325 suara), Lilik Agus Riyanto (996 suara), Sartorio (663 suara)
  17. Desa Dengkek : Sudartono (896 suara), Muh. Kamjawi (733 suara)

Kecamatan Wedarijaksa

  1. Desa Wedarijaksa : Bambang Prihanto (2.058), Sapawi (909 suara), Edi Gunawan (780 suara), Tatag Dwi Wahyudi (669 suara), Didik Budi Karyanto (629 suara)
  2. Desa Jetak : Handoyo Triatmoko (655 suara), Sukadari (486 suara)
  3. Desa Tluwuk : Juwari (1.076 suara), Rumini (724 suara)
  4. Desa Sidoharjo : Bogi Yulistanto (1.279 suara), Siwar Adi (76 suara)
  5. Desa Ngurenrejo : Sudiyono (1.096 suara), Sri Sudarti (207 suara)
  6. Desa Margorejo : Juwadi (1.134 suara), Rumi (119 suara)
  7. Desa Jatimulyo : Sutrisno (854 suara), Rusmanto (655 suara)
  8. Desa Bangsalrejo : Jasman (976 suara), Sutawi (559 suara)
  9. Desa Kepoh : Edi Sutrisno (1.093 suara), Herlina Kusuma (78 suara)

Kecamatan Trangkil

  1. Desa Sambilawang : Mustain (1.489 suara), Sutrisno (78 suara)
  2. Desa Karanglegi : Sumaryadi (1.403 suara), Danang Kurnia (766 suara)
  3. Desa Kertomulyo : Kuswanto (1.406 suara), Solikin (1.091 suara)
  4. Desa Guyangan : Badrudin (753 suara), Musa Jaelani (685 suara), Mustahar (71 suara)
  5. Desa Kajar : Parmuji (1.350 suara), Subiyanto (1.196 suara)
  6. Desa Tlutup : Kunarso (802 suara), Maturi (641 suara)
  7. Desa Krandan : Dulwandi (519 suara), Hariyati (77 suara)

Kecamatan Margoyoso

  1. Desa Kajen : Zubaedi (1.869 suara), Sri Wahyuni (217 suara)
  2. Desa Purwodadi : Kuntoro (871 suara), Paidi (574 suara)
  3. Desa Ngemplak Kidul : Kunowo (2.966 suara), Juharsi (2.346 suara)
  4. Desa Sekarjalak : Farida Faizati (1.020 suara), Achmad Fatoni (711 suara)
  5. Desa Cebolek Kidul : Agung Kuswoyo (1.429 suara), Susanto (1.193 suara), Erda Setyoko Wibowo (33 suara)
  6. Desa Waturoyo : Sis Susilo (1.734 suara), One Yuli Dekawanto (1.120 suara)
  7. Desa Tanjungrejo : Haryasit (1.787 suara), Sumito (1.518 suara)
  8. Desa Sidomukti : Karwito (2.239 suara), Catur Agus Erlina (455 suara), Hari Sugianto (274 suara)
  9. Desa Margoyoso : Nur Faqih (550 suara), Partono (263 suara)
  10. Desa Margotuhu Kidul : Bambang Endro (557 suara), Suharto (481 suara)
  11. Desa Purworejo : Lismunardi (1.236 suara), Budi Widiastuti (100 suara)
  12. Desa Pangkalan : Supaidi (1.198 suara), Muhammad Sutrsino (262 suara)
  13. Desa Bulumanis Kidul : Gunarto (1.389 suara), Machfud (952 suara)
  14. Desa Bulumanis Lor : Pramono (1.146 suara), Mursinggih Gandrung (442 suara)

Kecamatan Tayu

  1. Desa Tayu Wetan : Zaenuri (1.366 suara), Heri Mulyono (1.092 suara)
  2. Desa Jepat Kidul : Hadi Ahmad Sholeh (743 suara), Sri Murni (91 suara)
  3. Desa Luwang : Mohammad Rois (803 suara), Ali Ahmadi (696 suara)
  4. Desa Pondowan : Endang Sawitri (1.602 suara), Tri Umi Anjarsari (510 suara)
  5. Desa Tayu Kulon : Aris Junaidi (1.418 suara), Sudarsin (604 suara), Supriono Dwi Atmojo (206 suara)
  6. Desa Kalikalong : Choirul Anam (1.374 suara), Suhardi (1.159 suara)
  7. Desa Margomulyo : Mohammad (1.918 suara), Suwandi (790 suara), Marliyatun (10 suara)
  8. Desa Sambiroto : Sulistiono (790 suara), Ahmad Anwar (713 suara), Haryono (677 suara), Siti Zulaikah (406 suara), Ahmad Sudadi (30 suara)
  9. Desa Kedungbang : Maskuri (747 suara), Nunung S (582 suara)
  10. Desa Sendangrejo : Sulyanto (965 suara), Djayin (908 suara), Budi Prasetyo (239 suara)

Kecamatan Dukuhseti

  1. Desa Bakalan : Muryanto (1.170 suara), Maryono (1.118 suara)
  2. Desa Dumpil : Fajar Hariyadi (358 suara), Supadi (255 suara), Ruslan (189 suara)
  3. Desa Tegalombo : Adi Santoso (1.957 suara), Ali Rasidi (1.449 suara)

Kecamatan Cluwak

  1. Desa Plaosan : Kuslan (1.042 suara), Mustain (604 suara)
  2. Desa Sirahan : Muhammad Sutiyono (1.209 suara), Ngatno (1.058 suara)
  3. Desa Payak : Karnoto (1.777 suara), Setyaningsih (270 suara)
  4. Desa Karangsari : Ismatun (2.242 suara), Asroruddin (1.200 suara)
  5. Desa Sumur : Subeno (2.082 suara), Masta’in (586 suara)
  6. Desa Medani : Heri Cahyono (1.140 suara), Sutono (1.041 suara)
  7. Desa Sentul : Sungat (684 suara), Suko (336 suara)
  8. Desa Mojo : Agus Suhartanto (1.965 suara), Sukarjo (1.723 suara)

Kecamatan Gunungwungkal

  1. Desa Jepalo : Suyono (770 suara), Supat (588 suara)
  2. Desa Gunungwungkal : Surasmin (1.265 suara), Purnomo (890 suara), Rochmat (489 suara), Sutopo (79 suara)
  3. Desa Perdopo : Saeronzi (810 suara), Suyoto (492 suara)
  4. Desa Sumber Rejo : Anas Ma’sum (1.824 suara), Parmana (682 suara)
  5. Desa Gadu : Imam Solikin (924 suara), Muhammad Zaenuri (468 suara)
  6. Desa Jembul Wunut : Sri Dewi Kuningsih (820 suara), Parmin (415 suara), Yismanto (280 suara)
  7. Desa Sidomulyo : Giyanto (835 suara), Dartono (406 suara)

Kecamatan Juwana

  1. Desa Pekuwon : Malikul Chasan (935 suara), Masrifah (596 suara)

Kecamatan Batangan

  1. Desa Gajah Kumpul : Mugiyanto (717 suara), Ningsih (42 suara)
  2. Desa Bumimulyo : Sutiyono (808 suara), Suwar (587 suara)
  3. Desa Ketitang Wetan : Suwignyo (808 suara), Hendro Aprianto (731 suara)
  4. Desa Pecangaan : Martono (645 suara), Nanik Endang Purwati (26 suara)
  5. Desa Kuniran : Sulasmin (1.324 suara), Supratno (1.012 suara)
  6. Desa Batursari : Subur (1.381 suara), Sukati (121 suara)
  7. Desa Mangunlegi : Sugiyarto (531 suara), Marsana (478 suara)
  8. Desa Klayusiwalan : Subur (1.460 suara), Purnomo (586 suara)
  9. Desa Gunungsari : Supriyati (1.386 suara), Sudaryanto (104 suara)
  10. Desa Jembangan : Padang Jumadi (764 suara), Suharimi (674 suara)
  11. Desa Kedalon : Supriyanto (1.768 suara), Subur (1.233 suara)
  12. Desa Tompomulyo : Soepadi (1.313 suara), Juwarlin (61 suara)

Kecamatan Jaken

  1. Desa Lundo : Denny A Cahyana (861 suara), Sri Widowati (29 suara)
  2. Desa Sumberarum : Purwatiningsih (662 suara), Muhammad Mahfud (349 suara), Jarmin (183 suara)
  3. Desa Kebonturi : Agus Junaeid (1.076 suara), Supraptin (22 suara)
  4. Desa Sriwedari : Supat (878 suara), Marwi (800 suara), Wasito (775 suara), Widowati (64 suara)
  5. Desa Boto : Soenarto (564 suara), Dul Safari (507 suara), Siti Kholisoh (1 suara)
  6. Desa Ronggo : Suganda (2.038 suara), Darmadi (1.406 suara)
  7. Desa Tegal Arum : Suryono (917 suara), Suharto (800 suara)
  8. Desa Arummanis : Sudarto (1.033 suara), Susanto (819 suara)
  9. Desa Trikoyo : Tarmijan (732 suara), Dasar Wibowo (731 suara)
  10. Desa Sumberagung : Sukawi (1.240 suara), Alik Istiqomah (60 suara)
  11. Desa Mojolampir : Sukat (844 suara), Suyatmi (84 suara)
  12. Desa Sukorukun : Suselo (1.578 suara), Asmurah (61 suara)
  13. Desa Manjang : Sunyarto (622 suara), Bambang Sunaryo (579 suara)
  14. Desa Sidomukti : Rujito (760 suara), Mamik Rukmiati (122 suara)
  15. Desa Sumberan : Karsiman (305 suara), Rukiyatun (23 suara)

Kecamatan Jakenan

  1. Desa Glonggong : Rukin Prasetyo (984 suara), Wawi (352 suara), Parman (157 suara), Ngatemin (132 suara)
  2. Desa Sendangsoko : Toto Ristiyanto (587 suara), Darno (263 suara), Erna Pancawati (188 suara)
  3. Desa Jakenan : Karmin (1.252 suara), Sunarto (737 suara)
  4. Desa Kalimulyo : Urip Sugiyono (877 suara), Kaprawi (470 suara)
  5. Desa Karangrowo : Abdul Suyono (328 suara), Endang Ismiyati (202 suara)
  6. Desa Kedungmulyo : Sri Wahyuni (493 suara), Sudaryo (366 suara)
  7. Desa Plosojenar : Marjo (598 suara), Utomo (465 suara)
  8. Desa Puluhan Tengah : Jasnari (575 suara), Siti Khotijah (541 suara), Diyono (62 suara)
  9. Desa Mantingan Tengah : Sukarno (928 suara), Suparnan (388 suara)

Kecamatan Pucakwangi

  1. Desa Kletek : Suhar (1.035 suara), Sunardi (660 suara)
  2. Desa Grogolsari : Suharmanto (424 suara), Siti Purwanti (25 suara)
  3. Desa Bodeh : Zamroni (828 suara), Ulin Nafiati (112 suara)
  4. Desa Tanjungsekar : Iriyanto (915 suara), Karyoso (555 suara)
  5. Desa Tegalwero : Eko Susanto (876 suara), Agus Samsul Hadi (402 suara)
  6. Desa Wateshaji : Rakimin (491 suara), Sogol Hariyanto (294 suara)
  7. Desa Terteg : Nur Khamim (722 suara), Muhammad Suyuti (639 suara), Siti Muslihah (41 suara)
  8. Desa Karangrejo : Anwar (376 suara), Nurhadi (373 suara)
  9. Desa Lumbungmas : Sutik (1.240 suara), Suprapti (64 suara)
  10. Desa Jetak : Anik Basri (258 suara), Romlah Istiqomah (80 suara)
  11. Desa Mojoagung : bawi (528 suara), Sulasih (179 suara)

Kecamatan Winong

  1. Tawangrejo : Zaenal Arifin (1360), Subari (521)
  2. Guyangan : Jakem (479), Sutoyo (325)
  3. Kebolampang : Havie Agus B (683), Sujono (551)
  4. Pohgading : Sutrimo (309), Bambang Suhono (294), Martoyo (238), Subur (169)
  5. Pagendisan : Teguh Agung N (666), Abdul Choliq (551)
  6. Pekalongan :Ukhwatur Roi (739), Ahmad Fachroni (508), Sahlan (430)
  7. Karangkonang :Anton Tri Prasetyo (620), Warso (304)
  8. Degan : Purwadi (432), Sumijan (409)
  9. Wirun : Rokhman (636), Budiyono (539)
  10. Karangsumber : Wardono (760), Hartanto (362), Supriyanto (202)
  11. Blingijati : Lukman Ansori (631), Siti Nurani (76)
  12. Sumbermulyo : Sujono (880), Sutrisno (545)
  13. Kebowan : Mulyono (579), Sudirman (450)
  14. Bumiharjo :Sumarsono (645), Sumari (698)
  15. Serutsadang : Endro Waliyono (808), Suroto (12)

Kecamatan Gabus

  1. Tambahmulyo: Hadi Sukamto,ST (976), Jatmiko,SE (333)
  2. Wuwur : Edi Sucipto,SH (1,296), Soetojo (138), Sugito (56)
  3. Bogotanjung: Wartono (800), Sunyono (636), Kartono (99)
  4. Soko: Munsri, S.Pd (390), Mohamad Soleh (150)
  5. Babalan : Nining Sudaryati (485), Sulistiyono, SE (296)
  6. Mojolawaran: Mohamad Sahri (1,229), Endang Susilowati (56)
  7. Mintobasuki : Santoso (634), Dwi Kadariyatun (437)
  8. Plumbungan : Umiatun (500), Sahuri (417)
  9. Pantirejo : Sumantri (528), Sukirman (488), M. Sam Wijaya (54), Subhan Nuntoro (44)
  10. Penanggungan :Nur Hamim (694), Jatmiko (324), Sunaryo (120)
  11. Tlogoayu : Darsono (642), Umi Warsum (271)
  12. Gebang : Sri Aningsih (401), H.Sutarno, SE (335)
  13. Koripandriyo : lsharyanto (534), Kamit (394)
  14. Sambirejo : Eko Setyo P S.Pd (841), Soekarmi (623)

Kecamatan Tambakromo

  1. Mangunrekso : Agus Sukamto, ST (1470), lstna Musyayadah. A.Md (166)
  2. Sitirejo : Darsono (1,262), Sugiyarti (59)
  3. Tambaharjo : Supardi (1,798), Siti Amurah (507), Asrofah (3)
  4. Sinomwidodo : Kasmuri,A.Md (1,133), Sukandar (1,025), Patnyono (475)
  5. Wukirsari : Samino (526), Bambang Sutiknyo (510)
  6. Pakis : Siswanto (742), Suwondo (203), Heriyanto (185)
  7. Angkatan Kidul : Mardi Purnomo (871), Supartiono (690)
  8. Mojomulyo : Mat Kosim (1,426), Sri Wahyuni (21)
  9. Karangawen : Laspin (481), Sutiyono. ST (629)
  10. Maitan : Padmo Dwi H (1,466), Wahyu Susatya (937), Darmanto (480), Sarni Budiono (348)
  11. Tambahagung : Parwi (1,474), Karsono (457), Isna Budiono (289)

Kecamatan Kayen

  1. Desa Beketel : Suyatno (898 suara), Sutikno (532 suara), Djasri (530 suara)
  2. Desa

Kecamatan Sukolilo

  1. Desa Gadudero : Setiyo Budi (871 suara), Muhammad Ridwan (628 Suara)
  2. Desa

Kecamatan Margorejo

  1. Desa Banyuurip : Sugito (766 suara), Sujalmono (612 suara)
  2. Desa

Kecamatan Tlogowungu

  1. Desa Lahar : Setiawan (1.866 suara), Kasmin (1.041 suara)

Kecamatan Gembong

  1. Desa Sitiluhur : Suyuti (1.637 suara), Mutiah (907 suara)
  2. Desa