Oleh: Jamal Ma’mur Asmani, dosen IPMAFA Pati.
Guru kami, KH Ahmad Fayumi Kajen pernah berpesan: jangan sampai lupa wasilah kepada Syaikh Ahmad Mutamakkin, karena wilayahnya tidak hanya di Indonesia.
KH Abdullah Zain Salam (Mbah Dullah) dalam hal apapun berwasilah kepada Syaikh Ahmad Mutamakkin. Bahkan setiap Malam Jum’at, Mbah Dullah berziarah dan membaca tahlil di makam Syaikh Ahmad Mutamakkin.
Lebih dari itu, Mbah Dullah sering nadzar tasyakkuran (makan-makan) di makam Syaikh Mutamakkin jika anaknya naik kelas di Perguruan Islam Mathaliul Falah (PIM) Kajen.
Jika para kiai berwasilah kepada Syaikh Ahmad Mutamakkin, maka ini menunjukkan bahwa Syaikh Ahmad Mutamakkin punya tempat khusus di sisi Allah sebagai waliyullah (kekasih Allah).
Wasilah
Wasilah maknanya adalah perantara. Perantara antara seseorang dengan Allah. Handphone adalah wasilah komunikasi. Facebook adalah wasilah sharing gagasan dan kegiatan. Alat transportasi seperti sepeda ontel, sepeda motor, mobil, Pesawat terbang, kapal, dan lain-lain adalah wasilah menuju tujuan.
Dalam konteks agama, wasilah adalah perantara komunikasi seseorang kepada Allah. Syaikh Ali Ma’shum dalam kitab حجة اهل السنة والجماعة menjelaskan panjang lebar tentang wasilah ini. Intinya, Islam memperbolehkan wasilah sepanjang tidak menyebabkan kemaksiatan, syirik, dan lain-lain yang dilarang.
Wasilah kepada para Nabi, sahabat, shuhada’, wali, dan orang shalih adalah cara yang tepat untuk memohon kepada Allah supaya dikabulkan permohonannya.
Contoh Nyata
Penulis merasakan benar manfaat wasilah ini. Dalam momentum hurmat wafatnya KH Maimoen Zubair di Mekah kemarin, penulis gendolan (berpegangan) KH M Said Abdurrahim (keponakan KH Maimoen Zubair).
Setelah mendengar wafatnya KH Maimoen Zubair, penulis langsung ke kamarnya Gus Said, begitu penulis biasa menyapa beliau. Di kamar Gus Said penulis menunggu keponakan Gus Said yang bermukim di Mekah untuk memastikan kabar tersebut.
Setelah itu, Gus Said langsung diajak ke RS An-Nor Mekah. Penulis alhamdulillah bisa ikut memdampingi Gus Said dan keponakannya bersama santri Gus Said, yaitu KH Faishol Muzammil.
Tidak hanya itu. Dari RS An-Nor, penulis bersama Gus Said Dan rombongan menuju ke tempat pemandian jenazah. Setelah itu menuju ke Daerah Kerja (Daker) Haji Mekah. Di Daker ini jenazah Kiai Maimoen dishalati dan ditahlili.
Dari Daker, penulis alhamdulillah bisa masuk bus khusus keluarga menuju pemakaman Ma’la.
Penulis merasa diberi anugerah Allah bisa hurmat ulama besar mulai dari awal sampai akhir. Tapi penulis kemudian berpikir, penulis ini siapa? Bukan siapa-siapa. Tapi berkat wasilah Gus Said diperkenankan ikut rombongan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk hurmat wafatnya ulama besar KH Maimoen Zubair.
Ini adalah bukti nyata bahwa berwasilah kepada orang yang dekat Allah, hajatnya Akan lebih cepat dikabulkan Allah dengan izin, kekuasaan dan pertolongan Allah.
Kewalian Syaikh Ahmad Mutamakkin
Tidak ada yang meragukan kewalian Syaikh Ahmad Mutamakkin. Jika menyimak dawuh KH A Mustofa Bisri dalam banyak ceramahnya, maka dipahami bahwa kunci kewalian seseorang adalah istiqamah dalam iman-takwa.
Tanda utama wali yang lain adalah tidak pernah merasa takut dan susah menghadapi apapun karena tempat bergantungnya hanya Allah (لا خوف عليهم ولا هم يحزنون).
Syaikh Ahmad Mutamakkin membuktikan hal ini ketika di sidang di Solo oleh Raja Amangkurat yang akhirnya Syaikh Ahmad Mutamakkin dibebaskan dari tuduhan dan justru Sang Raja berbaiat menjadi muridnya.
Popularitas Syaikh Ahmad Mutamakkin pasca disidang tidak tertahan. Namanya semakin harum dan pengikutnya semakin banyak.
7 Pelajaran bagi Kiai dan Santri
Syaikh Ahmad Mutamakkin menjadi rule model bagi umat Islam, khususnya para kiai dan santri Kajen dan sekitarnya.
Pertama, Syaikh Ahmad Mutamakkin adalah sosok yang cinta ilmu. Beliau belajar sampai ke Timur Tengah. Para kiai dan santri harus mempunyai spirit thalabul Ilmi yang tinggi sampai tingkat dunia.
Kedua, Syaikh Ahmad Mutamakkin adalah sosok yang cinta umat. Beliau berjuang bersama umat sampai titik darah penghabisan. Beliau bergerak di bidang keagamaan, pengairan, dan lain-lain. Syaikh Ahmad Mutamakkin lebih senang bergaul dengan orang kampung dari pada kembali ke habitatnya sebagaimana anak Bupati Tuban.
Para kiai dan santri Harus mau berjuang di tengah masyarakat. Orientasi utama kiai dan santri adalah horizontal, bukan vertikal.
Ketiga, Syaikh Ahmad Mutamakkin adalah sosok yang ahli riyadhah (tirakat). Beliau sosok yang suka puasa sebagai lambang menahan nafsu demi kenikmatan hakiki menggapai ridla Allah.
Para kiai dan santri Harus ahli riyadhah dengan banyak mengaji, belajar, shalat tahajjud, dan tidak boros.
Keempat, Syaikh Ahmad Mutamakkin adalah sosok yang suka dalam kaderisasi. Syaikh Ronggokesumo dan Syaikh Mizan adalah kader Syaikh Ahmad Mutamakkin.
Para kiai dan santri harus siap menjadi kader Syaikh Ahmad Mutamakkin yang suka berorganisasi dan melakukan kaderisasi demi keberlanjutan dakwah Islam.
Kelima, Syaikh Ahmad Mutamakkin adalah sosok yang menghadapi segala rintangan dengan kelembutan, pendekatan tasawuf, dan tawakkal kepada Allah.
Para kiai dan santri harus berdakwah dengan penuh kesantunan dan kelembutan, jangan dengan marah-marah, mengkafirkan, menyesatkan, dan merasa berhak masuk surga sendiri.
Keenam, Syaikh Ahmad Mutamakkin suka merangkul musuh dan menghindari memperbanyak musuh. Ketib Anom yang membencinya akhirnya takluk dengan dirangkul dan diberi panggung ekspresi keilmuan.
Para kiai dan santri harus menjadi figur pemersatu bangsa.
Ketujuh, Syaikh Ahmad Mutamakkin adalah sosok yang sukses dalam mendidik anak-anaknya menjadi pemimpin agama. Para pengasuh dan tokoh agama di Kajen dan sekitarnya adalah keturunan Syaikh Ahmad Mutamakkin, seperti KH Abdullah Zain Salam, KH MA Sahal Mahfudh, dan KH Ahmad Fayumi Munji.
Para kiai dan santri harus mampu mendidik anak-anaknya menjadi kader penerus perjuangan agama dan masyarakat.
7 pelajaran Syaikh Ahmad Mutamakkin di atas seyogianya menjadi obor kiai dan santri untuk membumikan Islam Rahmatan Lil-Alamin.
Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
Madinah, Selasa, 3 Muharram 1441 / 3 September 2019, Pukul 10.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar