M. HARIWIJAYA
1. Pertobatan Brandal Lokajaya
Salah satu wali yang sangat terkenal bagi orang Jawa adalah Sunan Kalijaga. Ketenaran wali ini adalah karena ia seorang ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang yang hebat.
Di antara anggota Dewan Wali, Sunan Kalijaga merupakan wali yang paling populer di mata orang Jawa. Bahkan sebagian orang Jawa menganggab sebagai guru agung dan suci di tanah Jawa. Sunan Kalijaga mempunyai nama kecil Raden Sahid. Kapan tepatnya kelahiran Sunan Kalijaga pun menyimpan misteri. Ia diperkirakan lahir pada 1430-an, dihitung dari tahun pernikahan Kalijaga dengan putri Sunan Ampel. Ketika itu Sunan Kalijaga diperkirakan berusia 20-an tahun. Sunan Ampel, yang diyakini lahir pada 1401, ketika menikahkan putrinya dengan Sunan Kalijaga, berusia 50-an tahun (Solichin, 1977). Raden Sahid adalah putra Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban. Tumenggung Wilwatikta adalah keturunan Ranggalawe yang sudah beragama Islam dan berganti nama Raden Sahur. Ibunya bernama Dewi Nawangrum.
Kisah masa muda Raden Sahid paling tidak ada dua versi. Versi pertama adalah yang menganggap bahwa pada dasarnya walaupun Raden Said suka mencuri dan merampok tapi bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada rakyat jelata. Sedangkan versi kedua adalah yang benar-benar melihat bahwa masa muda Raden Sahid adalah benar-benar perampok dan pembunuh yang jahat.
Menurut versi pertama lengkapnya adalah demikian. Pada waktu masih kecil Raden Sahid sudah disuruh mempelajari agama Islam oleh ayahnya di Tuban. Akan tetapi karena ia melihat kondisi lingkungan yang kontradiksi dengan ajaran agama itu, maka jiwa Raden Sahid memberontak. Ia melihat rakyat jelata yang hidupnya sengsara, sementara bangsawan Tuban berfoya-foya hidupnya. Pejabat kadipaten menarik upeti kepada rakyat miskin dengan semena-mena, pada prajurit kadipaten sewenang-wenang menghardik rakyat kecil. Oleh karena itu, Raden Sahid sangat gelisah hatinya (Admodarminto, 1955).
Raden Sahid kecil sudah punya solidaritas yang tinggi pada kawan-kawannya. Ia bahkan tak segan-segan masuk dan bergaul ke dalam lingkungan rakyat jelata. Ketika itulah ia tidak tahan lagi melihat penderitaan orang-orang miskin pedesaan. Maka pada waktu malam-malam, ia sering mengambili sumber bahan makanan dari gudang kadipaten dan memberikannya kepada rakyat miskin (Rahimsah, 2002:74).
Lama-lama tindakan Raden Sahid itu diketahui oleh ayahnya. Maka ia mendapat hukuman yang keras, yakni diusir dari istana. Ia akhirnya mengembara tanpa tujuan yang pasti. Ia kemudian menetap di hutan Jatiwangi. Di hutan itu ia meneruskan pekerjaannya sebagai berandal. Ia merampok orang-orang kaya yang pelit kepada rakyat kecil. Hasil rampokannya diberikannya kepada rakyat miskin (Rahimsah, 2002:78).
Sedangkan versi kedua melihat bahwa Raden Sahid benar-benar seorang yang nakal sejak kecil dan kemudian berkembang menjadi penjahat yang sadis. Ia suka merampok dan membunuh tanpa segan. Ia berjudi ke mana-mana. Setiap habis botoh-nya ia merampok kepada penduduk. Selain itu digambarkan Raden sahid adalah seorang yang sangat sakti. Karena saktinya beliau mendapat julukan berandal Lokajaya (Marsono, 1996).
Jalan hidup sunan yang satu ini tercantum dalam berbagai naskah kuno. Mudah dipahami kalau muatannya berbeda-beda. Begitu pula halnya dengan asal-usul Sunan Kalijaga. Ada yang menyatakan, asalnya dari kata jaga dan kali. Versi ini didasarkan pada penantian Lokajaya akan kedatangan Sunan Bonang selama tiga tahun, di tepi sungai. Ada juga yang menulis, kata itu berasal dari nama sebuah desa di Cirebon, tempat sunan Kalijaga pernah berdakwah.
1. Pertobatan Brandal Lokajaya
Salah satu wali yang sangat terkenal bagi orang Jawa adalah Sunan Kalijaga. Ketenaran wali ini adalah karena ia seorang ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang yang hebat.
Di antara anggota Dewan Wali, Sunan Kalijaga merupakan wali yang paling populer di mata orang Jawa. Bahkan sebagian orang Jawa menganggab sebagai guru agung dan suci di tanah Jawa. Sunan Kalijaga mempunyai nama kecil Raden Sahid. Kapan tepatnya kelahiran Sunan Kalijaga pun menyimpan misteri. Ia diperkirakan lahir pada 1430-an, dihitung dari tahun pernikahan Kalijaga dengan putri Sunan Ampel. Ketika itu Sunan Kalijaga diperkirakan berusia 20-an tahun. Sunan Ampel, yang diyakini lahir pada 1401, ketika menikahkan putrinya dengan Sunan Kalijaga, berusia 50-an tahun (Solichin, 1977). Raden Sahid adalah putra Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban. Tumenggung Wilwatikta adalah keturunan Ranggalawe yang sudah beragama Islam dan berganti nama Raden Sahur. Ibunya bernama Dewi Nawangrum.
Kisah masa muda Raden Sahid paling tidak ada dua versi. Versi pertama adalah yang menganggap bahwa pada dasarnya walaupun Raden Said suka mencuri dan merampok tapi bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada rakyat jelata. Sedangkan versi kedua adalah yang benar-benar melihat bahwa masa muda Raden Sahid adalah benar-benar perampok dan pembunuh yang jahat.
Menurut versi pertama lengkapnya adalah demikian. Pada waktu masih kecil Raden Sahid sudah disuruh mempelajari agama Islam oleh ayahnya di Tuban. Akan tetapi karena ia melihat kondisi lingkungan yang kontradiksi dengan ajaran agama itu, maka jiwa Raden Sahid memberontak. Ia melihat rakyat jelata yang hidupnya sengsara, sementara bangsawan Tuban berfoya-foya hidupnya. Pejabat kadipaten menarik upeti kepada rakyat miskin dengan semena-mena, pada prajurit kadipaten sewenang-wenang menghardik rakyat kecil. Oleh karena itu, Raden Sahid sangat gelisah hatinya (Admodarminto, 1955).
Raden Sahid kecil sudah punya solidaritas yang tinggi pada kawan-kawannya. Ia bahkan tak segan-segan masuk dan bergaul ke dalam lingkungan rakyat jelata. Ketika itulah ia tidak tahan lagi melihat penderitaan orang-orang miskin pedesaan. Maka pada waktu malam-malam, ia sering mengambili sumber bahan makanan dari gudang kadipaten dan memberikannya kepada rakyat miskin (Rahimsah, 2002:74).
Lama-lama tindakan Raden Sahid itu diketahui oleh ayahnya. Maka ia mendapat hukuman yang keras, yakni diusir dari istana. Ia akhirnya mengembara tanpa tujuan yang pasti. Ia kemudian menetap di hutan Jatiwangi. Di hutan itu ia meneruskan pekerjaannya sebagai berandal. Ia merampok orang-orang kaya yang pelit kepada rakyat kecil. Hasil rampokannya diberikannya kepada rakyat miskin (Rahimsah, 2002:78).
Sedangkan versi kedua melihat bahwa Raden Sahid benar-benar seorang yang nakal sejak kecil dan kemudian berkembang menjadi penjahat yang sadis. Ia suka merampok dan membunuh tanpa segan. Ia berjudi ke mana-mana. Setiap habis botoh-nya ia merampok kepada penduduk. Selain itu digambarkan Raden sahid adalah seorang yang sangat sakti. Karena saktinya beliau mendapat julukan berandal Lokajaya (Marsono, 1996).
Jalan hidup sunan yang satu ini tercantum dalam berbagai naskah kuno. Mudah dipahami kalau muatannya berbeda-beda. Begitu pula halnya dengan asal-usul Sunan Kalijaga. Ada yang menyatakan, asalnya dari kata jaga dan kali. Versi ini didasarkan pada penantian Lokajaya akan kedatangan Sunan Bonang selama tiga tahun, di tepi sungai. Ada juga yang menulis, kata itu berasal dari nama sebuah desa di Cirebon, tempat sunan Kalijaga pernah berdakwah.